Festival ini diadakan oleh masyarakat lembah Baliem, setiap tanggal 17 agustus, untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Asal muasal festival ini adalah dari kebiasaan adat masyarakat suku dani yang hidup sebagai petani pejuang, mereka hidup bertani namun gemar berperang. Berbagai desa dari suku dani memperagakan berbagai kasus penyebab perang dan strategi perang antar kampung lengkap dengan lempar-lemparan tombak dan saling tembak panah. Festival ini melibatkan sebanyak seribu lebih warga dari tujuh kecamatan. Bahkan masyarakat yali abenaho yang berada diluar lembah baliem pun hadir.
Peragaan perang ini dilakukan di tengah padang rumput. Ini terus berulang dari tahun ke tahun, sejak awalnya di tahun 70-an hingga sekarang. Strategi perang mereka sederhana saja. Awalnya ada pemicu perang yaitu penculikan warga dan penyerbuan balas dendam pun dilakukan. Sementara lawan, yang biasanya sudah tau, akan bertahan.
Pertama diadakan tarian perang setelah itu semakin seru dengan melempar panah. Panah berterbangan semakin tinggi melewati kepala para penonton di tepi lapangan. Lari makin cepat dan merunduk makin rendah. Wisatawan asing yang jumlahnya hampir seratus kelihatan makin bergairah. Banyak wisatawan dari eropa dan jepang datang untuk melihat pertunjukan ini.
Festival Lembah Baliem memang telah menjadi agenda tahunan pemerintah papua untuk menarik wisatawan asing berkunjung kesana. Namun sayangnya diperlukan peningkatan kualitas transportasi serta akomodasi yang memadai untuk membuat papua menjadi destinasi wisata selain bali.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar