Rabu, 11 Mei 2011

Anatomi Krisis Keuangan Global

Krisis yang terjadi di Amerika serikat Serikat berakar pada besarnya gelembung kredit yang dikucurkan ke perumahan. Harga rumah di Amerika serikat, rata-rata turun hampir 5 persen. Banyak analis yang memprediksi bahwa harga akan turun lagi sebesar 10 persen, di mana hal tersebut akan menyebabkan penurunan harga rumah secara kumulatif dalam depresi ini. Bahkan di negara lain dampaknya bisa lebih buruk.
IMF memperhitungkan bahwa kerugian di seluruh dunia pada hutang yang berasal
dari Amerika serikat (terutama yang berhubungan dengan mortgages) akan mencapai 1,4 triliun US dolar, perhitungan ini meningkat dari perkiraan awal yang mencapai 945 miliar US dolar pada bulan April 2008. Sejauh ini 760 miliar dolar telah dicatat oleh bank, perusahaan asuransi, hedge fund dan lainnya yang memiliki hutang tersebut.
Secara global, bank sendiri telah dilaporkan mencapai kerugian sebesar 600 miliar US dolar dalam bentuk kredit dan telah mengeluarkan 430 miliar US dolar dalam bentuk modal baru. Bank-bank di Amerika serikat dan di Eropa akan mencucurkan dananya sebesar 10 triliun US dolar dalam bentuk aset, yang ekuivalen dengan 14,5 persen dari stok kredit bank di tahun 2009.

Di Amerika serikat secara keseluruhan pertumbuhan kredit akan melambat di bawah 1 persen, turun dari rata-rata pertahun setelah masa perang yang mencapai 9 persen. Hal itu sendiri dapat menurunkan pertumbuhan perekonomian negara-negara barat sebesar 1,5 persen. Tanpa tindakan maju dari pemerintah yang akan mencucurkan dana sebesar 700 miliar US dolar, perhitungan IMF menunjukan bahwa kredit akan turun sebesar 7,3 persen di Amerika serikat, 6,3 persen di Inggris, dan 4,5 persen di seluruh eropa.
Sejumlah negara-negara kaya saat ini mengalami resesi, sebagian karena kredit yang ketat dan sebagian lagi karena melonjaknya harga minyak pada awal tahun ini. Pendapatan nasional di Inggris, Perancis, Jerman, dan Jepang turun. Dengan melihat
cepatnya para pekerja yang kehilangan pekerjaannya dan lemahnya daya beli konsumen, perekonomian Amerika serikat juga mengalami kemunduran.
Sejarah mengajarkan pelajaran penting, bahwa krisis perbankan yang besar akhirnya
diselesaikan dengan menggunakan sejumlah besar uang publik, dan kemudian tindakan pemerintah yang tegas, baik itu untuk merekapitalisasi bank atau mengambil alih kredit yang bermasalah, dapat meminimalkan biaya kepada pembayar pajak dan dampak krisis tersebut ke perekonomian. Contohnya, Swedia dengan cepat mengambil alih bank yang bermasalah setelah terjadinya kegagalan properti di awal tahun 1990-an dan pulih dengan cepat. Secara kontras, Jepang harus menempuh satu dekade untuk pulih dari krisis keuangan dengan biaya pembayar pajaknya yang ekuivalen dengan 24 persen GDP nya.

Pemerintah Amerika Serikat telah telah meletakkan 7 persen GDP nya pada garis batas, sejumlah uang yang sangat banyak sebesar 16 persen GDP dimana rata-rata krisis perbankan yang sistemik diselesaikan dengan biaya dari bantuan dana publik. Saat ini bagaimana Amerika serikat mengusulkan bekerjanya Troubled Asset Relief Programme (TARP) masih belum jelas. Departemen Keuangan Amerika Serikat berencana membeli sejumlah besar utang yang bermasalah dengan menggunakan mekanisme lelang, di mana bank menawarkan untuk menjual pada suatu harga tertentu dan pemerintah membeli dari harga terendah sampai tertingi. Kompleksitas dari ribuan hipotek yang dijamin dengan asset akan membuat hal ini menjadi sulit. Bila rekapitalisasi bank secara langsung masih dibutuhkan, Departemen Keuangan dapat melakukan hal itu juga. Hal yang utama adalah Amerika serikat harus bersiap-siap melakukan tindakan tegas.
Untuk sementara waktu, hal tersebut menawarkan alasan optimisme. Begitu juga dengan kekuatan dari emerging market terbesar, terutama China. Perekonomian negara ini tidak terpengaruh sebagaimana negara-negara lain terlihat berjatuhan. Pasar saham mereka terjun dan banyak mata uang telah turun tajam. Permintaan domestik di negara-negara emerging market melambat tetapi tidak kolaps. IMF berharap perekonomian negara-negara emerging market, yang dipimpin oleh China, untuk tetap tumbuh sebesar 6,9 persen pada 2008 dan 6,1 persen pada 2009. Hal itu akan menjadi bantal perekonomian dunia meski tidak akan menyelamatkannya dari resesi.

Perangsang lain datang dari terjunnya harga komoditas akhir-akhir ini, terutama minyak. Selama tahun pertama krisis keuangan, boom yang terjadi dalam harga komoditas yang telah terjadi selama lima tahun menjadi hal sangat mengejutkan. Dari awal tahun sampai juli, harga minyak naik hampir dua kali lipat. Indeks harga makanan melonjak sebesar 55 persen.

Kenaikan harga yang sangat besar ini mendorong kenaikan indeks harga konsumen di dunia. Rata-rata headline inflation pada bulan Juli telah melebihi 4 persen di negara-negara kaya dan hampir mencapai 9 persen di emerging economies, jauh melebihi target bank sentral. Inflasi yang tinggi dan terus menerus melonjak bersamaan dengan lemahnya keuangan menyebabkan bank sentral mengalami kebingungan dan menghadapi trade off yang berbahaya. Mereka dapat mengetatkan kebijakan moneter untuk menghindari dari inflasi yang lebih tinggi dan menjadi berurat akar (sebagaimana yang dilakukan ECB), atau mereka dapat memotong suku bunga untuk membantali lemahnya sisi financial (sebagaimana yang dilakukan The Fed). Dilema tersebut sekarang berakhir.
Hal tersebut terjadi karena turunnya harga komoditas secara tajam, indeks harga konsumen yang sempat mencapai puncaknya yang akan menimbulkan resiko inflasi telah mereda. Bila harga
minyak tetap pada level saat ini, indeks harga konsumen Amerika serikat mungkin saja
turun dibawah 1 persen pada pertengahan tahun ini. Kemudian pembuat kebijakan akan mulai segera mengkhawatirkan adanya deflasi.

Masalahnya terletak pada besarnya difisit neraca berjalan Amerika serikat yang bergantung pada pembiayaan luar negeri. Amerika Serikat memiliki keuntungan bahwa
mata uangnya yakni dolar adalah mata uang cadangan devisa tiap negara, dan sebagaimana kekacauan pasar finansial telah meluas, dolar akan menguat. Tetapi krisis kali ini juga menguji banyak fondasi dimana orang asing loyal terhadap dasar dolar, seperti jangkauan pemerintah yang terbatas dan pasar modal yang stabil. Bila orang asing melarikan dolar, maka amerika serikat akan mengalami dua mimpi buruk yang menghantui negara-negara emerging market dalam kehancuran pasar keuangan: secara simultan terjadi krisis mata uang dan perbankan. Utang amerika serikat, tidak seperti utang-utang negara emerging market, utang Amerika Serikat didenominasikan dalam bentuk mata uangnya sendiri, yaitu dolar. Tetapi kolapsnya dolar akan tetap menjadi sebuah bencana.
Apa yang akan menjadi efek jangka panjang dari kekacauan pasar finansial ini terhadap ekonomi dunia? Memprediksi konsekuensi dari krisis yang belum selesai adalah suatu yang bahaya. Tetapi sudah jelas bahwa, bahkan dalam ketiadaan bencana, arah globalisasi akan berubah. Dua dekade yang lalu pertumbuhan integrasi perekonomian dunia telah bersama-sama dengan semakin berkembangnya pengetahuan dari anglo-saxon kapitalisme pasar bebas, dengan amerika serikat sebagai cheerleadernya.

Pembebasan aliran perdagangan dan modal juga deregulasi industri domestik dan keuangan telah menyebabkan pesatnya perkembangan globalisasi. Integrasi global, dalam jumlah besar, telah menyebabkan kemenangan pasar atas pemerintah. Proses ini sekarang berbalik menjadi 3 jalan yang berbeda.
Pertama, keuangan negara-negara barat akan diregulasi. Pada tingkat minimalnya, wilayah yang paling bebas di keuangan modern, seperti 55 triliun US dolar untuk derivasi kredit akan diatur. Peraturan akan modal akan diperiksa secara seksama untuk menurunkan solvabilitas dan meningkatkan daya rentang sistem. Overlaping dari pembuat peraturan akan diatur kembali. Seberapa besar kontrol yang akan dikenakan akan kurang bergantung kepada ideologi daripada parahnya penurunan ekonomi.
Yang kedua, keseimbangan antara negara dan pasar berubah dalam wilayah selain keuangan. Untuk kebanyakan negara, shock yang sangat penting dalam beberapa tahun yang lalu adalah naiknya harga komoditi secara besar-besaran, dimana politisi juga disalahkan karena adanya spekulasi keuangan. Naiknya harga makanan di akhir 2007 dan awal 2008 telah menyebabkan adanya pemberontakan di 30 negara. Untuk meresponsnya, pemerintah di negara-negara emerging market memperluas jangkauannya, menaikan subsidi, memperbaiki harga, melarang expor dari komoditas penting, bahkan pada kasus india, pemerintahnya melarang perdagangan future.
Ketiga, Amerika serikat kehilangan pengaruh ekonomi dan wewenang intelektual.
Sebagaimana negara-negera yang perekonomiannya sedang tumbuh pesat membentuk arah dari perdagangan global, sehingga mereka akan meningkatkan bentuk keuangan masa depan. Seperti China yang merupakan negara kaya kapital dan mudah dalam member kredit. Deleveraging dalam perekonomian barat akan sedikit tidak terlalu terasa bila savings di negara-negara asia yang kaya dan negara pengekspor minyak menyuntikan dananya.
Rentetan efek domino pun masih berlanjut dengan hancurnya Washington Mutual (WaMu). WaMu ditutup setelah nasabah menarik dana besar-besaran sejak 15 September lalu atau sejak Lehman Brothers mengalami kebangkrutan. Penarikan dana mencapai 16,7 miliar dollar AS. Bahkan, di eropa pun krisis keuangan AS mengimbas ke Amsterdam (Belanda) dan Brussels (Belgia), di mana Fortis NV, jasa keuangan Belanda-Belgia, harus menepis rumor. Bank Sentral Belanda telah memerintahkan bank pesaing Fortis untuk mendukung pendanaan bank tersebut. Fortis, yang juga terjebak pinjaman pada perumahan AS, mengalami penurunan harga saham 21 persen, terendah dalam 14 tahun terakhir.

Jatuhnya WaMu seakan menjadi pembenaran bahwa krisis finansial ini semakin memburuk. Akibatnya, pasar saham di Asia, Eropa, dan AS, anjlok lagi. Belum jelasnya
nasib rancangan penyelamatan yang diajukan oleh pemerintahan Bush juga menambah suram pasar finansial di seluruh penjuru dunia. Krisis kepercayaan telah merepotkan lembaga keuangan. Untuk mengatasi kekeringan likuiditas di perbankan, bank-bank sentral di beberapa negara menambah pasokan likuiditas ke sektor perbankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar